YAN'S EXEL91
Selasa, 17 Juni 2014
Rabu, 11 Juni 2014
KONSEP PAUD (PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI)
MAKALAH
Disusun
Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mandiri sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Akhir Semester (UAS). Pada Mata Kuliah Tafsir
Disusun
Oleh:
Yandi Abdurrahman
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SYAMSUL’ULUM
GUNUNG
PUYUH SUKABUMI
2012
/ 2013
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur dengan tulus dipersembahkan ke hadirat Allah Swt. Dialah yang telah
menurunkan agama Islam melalui wahyu yang di sampaikan kepada Rasul
pilihan-Nya, Muhammad Saw. Melalui agama ini terbentang luas jalan yang lurus
yang dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.
Dalam
makalah ini
penulis menyajikan sebuah bahasan materi yang berjudul “KONSEP PAUD”.Makalah ini ditulisi selain dalam rangka memenuhi tugas
mandiri untuk dapat mengikuti Ujian
Akhir Semester (UAS),
juga dalam rangka mengemban kewajiban sebagai kaum muslimin. Oleh karenanya, makalah ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa yang sedang dalam proses belajar dan semoga bisa dijadikan acuan
dan referensi jika diperlukan.
Akhir
kata penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam merevisi dan menyusun pembuatan makalah ini. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan karena kami masih banyak kekurangan dalam
penysunan makalah ini, dan kami mohon maaf apabila terdapat banayak kesalahan
baik dalam penulisan nama gelar ataupun yang lainnya, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua Amiin.
Sukabumi, Januari, 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar
Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan
Pembuatan Makalah............................................................. 2
C. Rumusan
Makalah............................................................................ 2
D. Teknik
pembuatan Makalah............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 4
A. Definisi
Konsep............................................................................... 4
B. Definisi
PAUD................................................................................ 5
C. Landasan
Yuridis Tentang PAUD................................................... 9
D. Pekembangan
Anak......................................................................... 10
E. Peranan
Keluarga............................................................................. 17
F. Menumbuhkan
Kecerdasan Anak Usia Dini.................................... 21
G. Karakteristik
Belajar Anak............................................................... 22
H. Program
Pendidikan Bagi Anak Usia Dini...................................... 23
BAB III PENUTUP................................................................................... 26
A. Kesimpulan...................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Anak
adalah titipan tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjdi manusia
yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak
dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang
pendidikan.
Setiap
anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya tak da
satupun yang luput dari Pengurusan dan Kepedilian-Nya, merupakan tugas orang
tua dan guru untuk dapat menemukan potensi tersebut. Syaratnya adalah penerimaan
yang utuh terhadap keadaan anak.
Dalam
bidanng pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat
dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan pemahaman mengenai
karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu
dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi
msing-masing, baik secara intelektual, emosional dan social.
Masa usia
dini merupakan periode emas (golden age) bgi perkembangan anak untuk memperoleh
pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk
mengenali berbagai mcam fakta di lngkunga sebagai stimulans terhadap perkembang
kepribadian, psikomotor, kognitif, maupun sosialnya.
Untuk itu
pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan
(stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
kemampuan anak.
B.
Tujuan
Pembuatan Makalah
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Memenuhi
salah satu tugas mata kuliah ilmu tafsir.
2.
Melatih
mahasiswa untuk dapat mengembangkan keterampilan yang dilimikinya.
3.
Melatih mahasiswa dalam pengamalan langsung atau
tidak langsung.
4.
Memberikan
informasi kepada masyarakat tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
C.
Rumusan
Masalah
Rumusan
malasah yang kami temukan berdasarkan makalah ini adalah:
1.
Definisi
konsep?
2.
Definisi
PAUD?
3.
Apa
landasan yuridis tentang PAUD?
4.
Apa
saja perkembangan anak?
5.
Apa
saja peranan keluarga?
6.
Bagaimana
cara menumbuhkan kecerdasan anak?
7.
Bagaimana
karakteristik belajar anak?
8.
Program
apa saja yang di peruntukan anak usia dini?
D.
Teknik
Pembuatan
Sistematika yang kami gunakan dalam penyusunan
makalah ini adalah dengan membagi materi menjadi tiga bab, terdiri dari
pendahuluan, pembahasan, penutup. Adapun sumber informasi yang kami peroleh
mengenai materi makalah ini melalui kajian pustaka dari situs web internet yang
berkompeten dengan judul sebagai bahan utama pembuatan makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Konsep
Para ahli
memiliki definisi tersendiri dalam memberi definisi untuk suatu pengertian.
Untuk menjelaskan definisi tentang sebuah makna kata konsep, para ahli juga
memiliki pandanagan yang berbeda. Berikut ini adalah definisi pengertian
definisi konsep menurut para ahli:
1.
Woodruf mendefinisikan konsep sebagai adalah suatu
gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu
objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian
terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan
persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu
gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada
tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang
telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu.
2.
Dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Konsep
merupakan abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori
atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Pengertian Konsep
sendiri adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk
setiap extensinya. Konsep juag dapat diartikan pembawa arti.
3.
Pengertian Konsep sendiri adalah universal di mana
mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya. Konsep juga dapat
diartikan pembawa arti.
4.
Soedjadi mendefinisikan konsep adalah ide abstrak yang
digunakan untuk menagadakan klasifikasi atau penggolongan yang apad umumnya
dinyatakan dengan suatu istilah atau rangakaian kata.
5.
Bahri menjelaskan konsep adalah satuan ahli yang
mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama.
B.
Definisi
PAUD
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi
pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi
lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia
dini mulai lahir sampai baligh (kalau perempuan ditandai menstruasi sedangkan
laki-laki sudah mimpi sampai mengeluarkan air mani) adalah tanggung jawab
sepenuhnya orang tua. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia dini
didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan
anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada
dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
- Tujuan
utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang
tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga
memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta
mengarungi kehidupan di masa dewasa.
- Tujuan
penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar
(akademik) di sekolah.
Rentangan
anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6
tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di
beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan
Anak Usia Dini
Infant (0-1 tahun)
Toddler (2-3 tahun)
Preschool/ Kindergarten
children (3-6 tahun)
Early Primary School (SD
Kelas Awal) (6-8 tahun)
Hal-hal yang harus dipahami dalam
Karakteristik Anak Usia Dini adalah sebagai berikut:
- Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak, yang
bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.
- Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak, sehingga
dapat memberikan stimulasi kepada anak, agar dapat melaksanakan tugas
perkembangan dengan baik.
- Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar anak
pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
- Menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak secara
realistis.
- Mampu mengembangkan potensi anak secara optimal
sesuai dengan keadaan dan kemampuannya fisik dan
psikologis ( hall & lindzey, 1993).
Adapun
pentingnya pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah sebagai berikut:
- PAUD sebagai titik sentral strategi pembangunan
sumber daya manusia dan sangat fundamental.
- PAUD memegang peranan penting dan menentukan bagi
sejarah perkembangan anak selanjutnya, sebab merupakan fondasi dasar bagi
kepribadian anak.
- Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan
dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik maupun mental yang
akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja,
produktivitas, pada akhirnya anak akan mampu lebih mandiri dan
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
- Merupakan Masa Golden Age (Usia Keemasan). Dari
perkembangan otak manusia, maka tahap perkembangan otak pada anak usia
dini menempati posisi yang paling vital yakni mencapai 80% perkembangan otak.
- Cerminan diri untuk melihat keberhasilan anak dimasa
mendatang. Anak yang mendapatkan layanan baik semenjak usia 0-6 tahun
memiliki harapan lebih besar untuk meraih keberhasilan di masa mendatang.
Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai
membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk mengembangkan hidup
selanjutnya.
Pendidikan AnakUsia Dini
merupakan Komitmen Dunia seperti yang tertera dalam kutipan sebagai berikut:
1.
Komitmen Jomtien Thailand
(1990) ’Pendidikan untuk semua orang, sejak lahir sampai menjelang ajal.’
2.
Deklarasi Dakkar (2000)
’Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini
secara komprehensif terutama yang sangat rawan dan terlantar.’
Deklarasi
”A World Fit For Children” di New York (2002) ‘Penyediaan Pendidikan yang
berkualitas’
C.
Landasan
Yuridis Tentang PAUD
- Pembukaan UUD 1945 ; ‘Salah satu tujuan kemerdekaan
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.’
- Amandemen UUD 1945 pasal 28 C ’Setiap anak
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.’
- UU
No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 9 ayat (1) ’Setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minta dan bakat.’
- UU No 20/2003 pasal 28
- Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar.
- Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau informal.
- Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau
bentuk lain yang sederajat.
- Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non
formal berbentuk kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau
bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan
anak usia dini pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
D.
Perkembangan
Anak
Ditinjau
dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada dalam rentang
usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang diberikan dalam keluarga maupun di
lembaga pendidikan formal haruslah kental dengan nuansa pendidikan anak usia
dini, yakni dengan mengutamakan konsep belajar melalui bermain. Perkembangan
anak sebagai perubahan psikologis menurut Kartini Kartono ditunjang oleh faktor
lingkungan dan proses belajar dalam fase tertentu.
Nana
Syaodah Sukmadinata mengemukakan ada tiga pendekatan perkembangan individu,
yaitu Pendekatan Pentahapan, diferensial dan isaptif. Khususnya pada pendekatan
isaptif pada perkembangan anak mencakup perkembangan psikososial, perkembangan
motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial, perkembangan bahasa,
perkembangan moral dan perkembangan emosional.
tahapan
perkembangan psikososial anak menurut Erik Erikson dalam Malcolm Knowles adalah
sebagai berikut:
- Tahap kepercayaan dan ketidak percayaan (trust
versus misstrust), yaitu tahap psikososial yang terjadi selama tahun
pertama kehidupan. Pada tahap ini,bayi mengalami konflik anatara percaya
dan tidak percaya. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan
sejumlah kecil ketakutan serta kekhawatiran akan masa depan.
- Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomi
versus shame and doubt), yaitu tahap kedua perkembangan psikososial yang
berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Setelah
memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa
perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa
mandiri atau atonomi mereka dan menyadari kemauan mereka. Jika orangtua
cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi anak untuk
menyelidiki lingkungannya, maka anak akan mengalami rasa malu dan
ragu-ragu.
- Tahap prakarsa dan rasa bersalah (initiatif versus
guilt), yaitu tahap perkembangan psikososial ketiga yang berlangsung
selama tahun pra sekolah. Pada tahap ini anak terlihat sangat aktif, suka
berlari, berkelahi, memanjat-manjat, dan suka menantang lingkungannya.
Dengan menggunakan bahasa, fantasi dan permainan khayalan, dia memperoleh
perasaan harga diri. Bila orangtua berusaha memahami, menjawab pertanyaan
anak, dan menerima keaktifan anak dalam bermain, maka anak akan belajar
untuk mendekati apa yang diinginkan, dan perasaan inisiatif semakin kuat.
Sebaliknya, bila orangtua kurang memahami, kurang sabar, suka memberi
hukuman dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan
yang dilakukan anak tidak bermanfaat maka anak akan merasa bersalah dan
menjadi enggan untuk mengambil inisiatif mendekati apa yang
diinginkannya.
- Tahap kerajinan dan rasa rendah diri (industry
versus inferiority),yaitu perkembangan yang berada langsung kira-kira
tahun sekolah dasar. Pada tahap ini, anak mulai memasuki dunia yang baru,
yaitu sekolah dengan segala aturan dan tujuan. Anak mulai mengarahkan
energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan
intelektual.perasaan anak akan timbul rendah diri apabila tidak bisa
menguasai keterampilan yang diberikan disekolah.
- Tahap identitas dan kekacauan identitas (identity
versus identity confusion), yaitu perkembangan yang berlangsung selama
tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini, anak dihadapkan pada pencarian
jati diri. Ia mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri,
perasaan bahwa ia adalah individu unik yang siap memasuki suatu peran yang
berarti ditengah masyarakat baik peran yang bersifat menyesuaikan diri
maupun memperbaharui. Apabila anak mengalami krisis dari masa anak kemasa
remaja maka akan menimbulkan kekacauan identitas yang mengakibatkan
perasaan anak yang hampa dan bimbang.
- Tahap keintiman dan isolasi (intimacy versus
isolation), yaitu perkembangan yang dialami pada masa dewasa. Pada masa
ini adalah membentuk relasi intim dengan oranglain. Menurut erikson,
keintiman tersebut biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah
pada hubungan seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak
tercapainya selama tahap ini adalah isolasi, yakni kecenderungan
menghindari berhubungan secara intim dengan oranglain kecuali dalam
lingkup yang amat terbatas.
- Tahap generativitas dan stagnasi (generativity
versus stagnation), yaitu perkembangan yang dialami selama pertengahan
masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa
yang dihasilkan (keturunan, produk, ide-ide, dan sebagainya) serta
pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang.
Apabila generativitas tidak diungkapkan dan lemah maka kepribadian akan
mundul mengalami pemiskinan dan stagnasi.
- Tahap integritas dan keputusasaan (integrity versus
despair), yaitu perkembangan selama akhir masa dewasa. Integritas terjadi
ketika seorang pada tahun-tahun terakhir kehidupannya menoleh kebelakang dan
mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam hidupnya selama ini, menerima
dan menyesuaikan diri dengan keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya,
merasa aman dan tentram, serta menikmati hidup sebagai yang berharga dan
layak. Akan tetapi, bagi orangtua yang dihantui perasaan bahwa hidupnya
selama ini sama sekali tidak mempunyai makna ataupun memberikan kepuasan
pada dirinya maka ia akan merasa putus asa.
Perkembangan
Kognitif Anak Menurut PIAGET tahapan perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap
yaitu sebagai berikut:
1. Sensori Motor (usia
0-2 tahun).
Dalam
tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan
terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh
keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Dalam usia ini
mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'.
Menyampaikan
cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan
menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang
bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).
2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak
menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat
dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk
meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka
sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang
sistematis - rumit. Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.
3. Operasional Kongkrit
(usia 7-11 tahun)
Saat
ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok
dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti
hal-hal yang sistematis.
Namun
dalam menyampaikan berita Injil harus diperhatikan penggunaan bahasa. Misalnya:
Analogi 'hidup kekal' - diangkat menjadi anak-anak Tuhan dengan konsep keluarga
yang mampu mereka pahami.
4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran
pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah
mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak,
sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.
Namun kesulitan baru
yang dihadapi guru adalah harus menyediakan waktu untuk dapat memahami
pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia pubertas.
Pada
umumnya dalam perkembangan Emosional seorang anak terdapat empat kunci utama
emosi pada anak yaitu :
perasaan marah
perasaan
ini akan muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya
atau ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan dikeluarkan anak ketika
merasa lelah atau dalam keadaan sakit. Begitupun ketika kemauannya tidak
dituruti oleh orangtuanya, terkadang timbul rasa marah pada sianak.
perasaan takut
rasa
takut ini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi merekatakut akan
suara-suara yang gaduh atau rebut. Ketika menginjak masa anak-anak, perasaan
takut mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pu mulai berfantasi
dengan adanya hantu, monster dan mahluk-mahluk yang menyeramkan lainnya.
perasaan gembira
perasaan
gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan sesuatu. Contohnya
ketika anak diberi hadiah oleh orang tuanya, ketika anak juara dalam mengikuti
suatu lomba, atau ketika anak dapat melakukan apa yang diperintahkan orang
tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak merasa gembira.
rasa humor
Tertawa
merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa di bandingkan
orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.
Keempat
perasaan itu merupakan emosi negative dan positif. Perasaan marah dan ketakutan
merupakan sikap emosi yang negative sedangkan perasaan gembira dan rasa lucu atau
humor merupakan sikap emosi yang positif.
Menurut Kohlberg
Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan
dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya
dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral).
Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu,
melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara
dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang
boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
E.
Peranan
Keluarga
Keluarga adalah institusi pertama yang melakukan
pendidikan dan pembinaan terhadap anak (generasi). Disanalah pertama kali
dasar-dasar kepribadian anak dibangun. Anak dibimbing bagaimana ia mengenal
Penciptanya agar kelak ia hanya mengabdi kepada Sang Pencipta Allah SWT.
Demikian pula dengan pengajaran perilaku dan budi pekerti anak yang didapatkan
dari sikap keseharian orangtua ketika bergaul dengan mereka. Bagaimana ia
diajarkan untuk memilih kalimat-kalimat yang baik, sikap sopan santun, kasih
sayang terhadap saudara dan orang lain. Mereka diajarkan untuk memilih cara
yang benar ketika memenuhi kebutuhan hidup dan memilih barang halal yang akan
mereka gunakan. Kesimpulannya, potensi dasar untuk membentuk generasi
berkualitas dipersiapkan oleh keluarga.
Keluarga dalam hal ini
adalah aktor yang sangat menentukan terhadap masa depan perkembangan anak. Dari
pihak keluarga perkembangan pendidikan sudah dimulai semenjak masih dalam
kandungan. Anak yang belum lahir sebenarnya sudah bisa menangkap dan merespons
apa-apa yang dikerjakan oleh orang tuanya, terutama kaum ibu.
Tidak heran kemudian
apabila anak yang dibesarkan dalam situasi dan kondisi yang kurang membaik
semasa masih dalam kandungan berpengaruh terhadap kecerdasan anak ketika lahir.
Dengan demikian, pihak
keluarga sejatinya banyak mengetahui perkembangan-perkembangan anak. Pada saat
anak masih dalam kandungan, pihak orang tua harus lebih memperbanyak perkataan,
perbuatan, dan tindakan-tindakan yang lebih edukatif.
Ketika anak itu sudah
lahir, maka tantangan terberat adalah bagaimana orang tua dapat mengasihi dan
menyayangi anak sesuai dengan dunianya. Poin yang kedua ini ketika anak-anak
(usia bayi hingga dua tahun) mempunyai tahap perkembangan yang cukup potensial.
Anak-anak mempunyai imajinasi dengan dunianya yang bisa membuahkan kreativitas
dan produktivitas pada masa depannya. Tapi, pada fase-fase tertentu banyak
orang tua tidak memberikan kebebasan untuk berekspresi, bermain, dan bertingkah
laku sesuai dengan imajinasinya. Banyak orang tua yang terjebak pada pembuatan
peraturan yang ketat. Ini memang tujuannya untuk kebaikan anak.
Pengekangan dan
pengarahan menurut orang tua tidak baik untuk memompa kecerdasan dan
kreativitas anak. Bahkan, malah berakibat sebaliknya, yakni anak-anak akan
kehilangan dunianya sehingga daya kreativitas anak dipasung dan dipaksa masuk
dalam dunia orang tua. Paradigma semacam inilah yang sejatinya diubah oleh
pihak orang tua dalam proses pendidikan anak usia dini.
Menarik salah satu
pernyataan seorang pujangga Lebanon, Kahlil Gibran (1883). "Anak kita
bukanlah kita, pun bukan orang lain. Ia adalah ia. Dan hidup di zaman yang
berbeda dengan kita. Karena itu, memerlukan sesuatu yang lain dengan yang kita
butuhkan. Kita hanya boleh memberi rambu-rambu penentu jalan dan menemaninya
ikut menyeberangi jalan. Kita bisa memberikan kasih sayang, tapi bukan
pendirian. Dan sungguh pun mereka bersamamu, tapi bukan milikmu.
Pernyataan tersebut
cukup tepat untuk mewakili siapa sebenarnya anak-anak kita dan bagaimana
seharusnya kita berbuat yang terbaik untuknya. Untuk itu pernyataan di atas
sejatinya dijadikan referensi dalam memandang anak-anak oleh keluarga, terutama
orang tua, yang ingin menjadikan anaknya berkembang secara kreatif,
dinamis, dan produktif.
Keluarga yang selama ini
masih cenderung kaku dalam mendidik anaknya pada masa kecil sejatinya diubah
pada pola yang lebih bebas. Anak adalah dunia bermain. Dunia anak adalah dunia
di mana keliaran imajinasi terus mengalir deras.
Anak sudah mempunyai
dunianya tersendiri yang beda dengan orang dewasa. Hanya dengan kebebasan bukan
pengerangkengan anak-anak akan bisa memfungsikan keliaran dan kreativitasnya secara
lebih produktif. Hanya dengan dunianya anak-anak akan mampu mengaktualisasikan
segenap potensi yang ada dalam dirinya.
Oleh
karena begitu besarnya peranan orang tua dalam perkembangan anak maka orang tua
dituntut untuk dapat memahami pola-pola perkembangan anak sehingga mereka dapat
mengarahkan anak sesuai dengan masa perkembangan anak tersebut. Selanjutnya
orangtua berkewajiban untuk menciptakan situasi dan kondisi yang memadai untuk
menunjang perkembangan anak-anaknya. Dengan tercapainya perkembangan anak
kearah yang sempurna maka akan terciptanya keluarga yang sejahtera. Menurut
Siregar dalm makalahnya 2 agustus 1996 pada seminar hari anak Indonesia di
Bandung mengemukakan tentang keluarga sejahtera yaitu bahwa keluarga sejahtera
selalu didambakan setiap individu. Tujuan utama dari keluarga sejahtera adalah
keluarga hendaknya merupakan wadah pengembangan anak seoptimal mungkin,
sehingga mereka berkembang menjadi pribadi dewasa yang penuh tanggung jawab dan
matang dikemudian hari.
F.
Menumbuhkan
Kecerdasan Anak Usia Dini
Seorang anak yang baru lahir, ia masih berada
dalam keadaan lemah, naluri dan fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya belum
berkembang dengan sempurna. Namun secara pasti berangsur-angsur anak akan terus
belajar dengan lingkungannya yang baru dan dengan alat inderanya, baik itu
melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan mapun pengecapan. Anak
berkemungkinan besar untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya. Bahkan anak bisa meningkat pada taraf perkembangan tertinggi pada
usia kedewasaannya sehingga ia mampu tampil sebagai pionir dalam mengendalikan
alam sekitar. Hal ini karena anak memiliki potensi yang telah ada dalam
dirinya.
Hal yang dibutuhkan anak
agar tumbuh menjadi anak yang cerdas adalah adanya upaya-upaya pendidikan
sepertiu terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, memotivasi anak untuk
belajar, dan bimbingan serta arahan kearah perkembangan yang optimal. Dengan
begitu menumbuhkan kecerdasan anak yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada dalam
diri anak. Sebab jika potensi kecerdasannya tidak dibimbing dan diarahkan
dengan rangsangan-rangsangan intelektual, maka walaupun dia memiliki bakat
jenius aakan tidak ada artinya sama sekali. Sebaliknya jika seorang anak yang
memiliki kecerdasan rata-rata atau normal bila didukung lingkungan yang
kondusif maka ia akan dapat tumbuh menjadi anak yang cerdas diatas rata-rata
atau superior. Hal ini berarti lingkungan memegang peranan penting bagi
pendidikan anak selain bakat yang telah dimiliki oleh anak itu sendiri.
G.
Karakteristik
Belajar Anak
Menurut konsep PAUD yang sebenarnya, anak-anak
seharusnya dikondisikan dalam suasana belajar aktif, kreatif, dan menyenangkan
lewat berbagai permainan. Dengan demikian, kebutuhannya akan rasa aman dan
nyaman tetap terpenuhi. Kalaupun kepada siswa SD kelas awal ingin diajarkan
konsep berhitung, contohnya, pilihlah sarana pembelajaran melalui nyanyian atau
cara lain yang mudah dipahami dan menyenangkan.
Hanya saja, meski sama-sama melalui cara yang
menyenangkan, tujuan pendidikan anak usia prasekolah berbeda dari pendidikan
anak usia sekolah dasar awal. Kalau pendidikan bagi anak usia prasekolah
bertujuan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, maka konsep pendidikan di awal
sekolah dasar bertujuan mengarahkan anak agar dapat mengikuti tahapan-tahapan
pendidikan sesuai jenjangnya. Selain tentu saja untuk mengembangkan berbagai
kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan guna mengoptimalkan kecerdasannya.
Proses pembelajaran
kepada anak harus sesuai dengan konsep pendidikan anak usia dini. Mengajarkan
konsep membaca dan berhitung, contohnya, haruslah dengan cara yang menarik dan
bisa dinikmati anak. Yang tidak kalah penting, selama proses belajar,
jadikan anak sebagai pusatnya dan bukannya guru yang mendominasi kelas. Dalam
pelaksanaannya, inilah yang disebut CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Jadi
bukannya "CBSA" yang kerap diplesetkan sebagai "Catat Buku
Sampai Abis".
Sementara pendidikan
usia dini yang diberikan dalam keluarga juga harus berpijak pada konsep PAUD.
Artinya, pola asuh yang diterapkan orang tua hendaknya cukup memberi kebebasan
kepada anak untuk mengembangkan aneka keterampilan dan kemandiriannya. Ingat,
porsi waktu terbesar yang dimiliki anak adalah bersama keluarganya dan bukan di
sekolah.
H.
Program
Pendidikan Bagi Anak Usia Dini
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1992 tentang
pendidikan pra-sekolah, pasal 4 ayat (1) disebutkan bahwa “bentuk satuan
pendidikan pra-sekolah meliputi Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dan Penitipan
Anak serta bentuk lain yang diterapkan oleh Menteri.
Kelompok Bermain
Pendidikan dini bagi anak-anak usia pra-sekolah
(3-6 tahun) merupakan hal yang penting, karena pada usia ini merupakan masa
membentuk dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan berfikir, kecerdasan,
keterampilan serta kemandirian maupun kemampuan bersosialisasi. Pada dasarnya
dunia anak adalah dunia fundamental dari perkembangan manusia menuju manusia
dewasa yang sempurna. Disadari bahwa generasi merupakan generasi penerus yang
perlu dibina sejak dini, karenanya pembinaan sejak dini merupakan tanggung
jawab keluarga dan masyarakat. Pembinaan anak usia pra-sekolah terutama peranan
keluarga sangat menentukan.
Menurut Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1990
tentang pendidikan pra-sekolah, Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk usaha
kesejahteraan anak dengan mengutamakan kegiatan bermain, yang juga
menyelenggarakan pendidikan pra-sekolah bagi anak usia 3 tahun sampai memasuki
pendidikan dasar.
Selama tahun pra-sekolah, taman kanak-kanak,
pusat penitipan anak-anak dan kelompok bermain semuanya menekankan permainan
yang memakai mainan. Akibatnya baik sendiri atau berkelompok mainan merupakan
unsure yang penting dari aktivitas bermain anak. Bermain dengan teman-teman
sebayanya, anak dirangsang dalam kemampuan mental seperti kecerdasan,
kreativitas, kemampuan sosial yang sangat bermanfaat pada masa kini dan masa
yang akan datang. Kegiatan bermain memiliki arti positif terhadap perkembangan
sosial anak. Seperti yang dikemukakan oleh Zulkifli bahwa dengan berman mereka
lebih banyak mengenal benda-benda yang berguna bagi perkembangan sosialnya. Hal
ini dapat terlihat dengan mengenal benda seperti mobil dapat mengembangkan rasa
sosial anak dimana benda tersebut dapat membantu orang lain eprgi kesuatu
tempat tertentu. Secara lebih jauh dapat dilihat dengan adanya perkembangan
teknologi menunjukan makin menariknya teknis dan permainan elektronik bagi anak
yang ditunjang oleh situasi dan kondisi dimana anak-anak sulit mendapat teman
sebaya untuk bersosialisasi sehingga anak dapat menonton atau bermain sendiri
tanpa memerlukan oranglain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seorang anak yang baru
lahir, ia masih berada dalam keadaan lemah, naluri dan fungsi-fungsi fisik
maupun psikisnya belum berkembang dengan sempurna. Hal yang dibutuhkan anak
agar tumbuh menjadi anak yang cerdas adalah adanya upaya-upaya pendidikan
sepertiu terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, memotivasi anak untuk
belajar, dan bimbingan serta arahan kearah perkembangan yang optimal. Dengan
begitu menumbuhkan kecerdasan anak yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada dalam
diri anak.
Masa usia dini merupakan
Periode emas yang merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang
diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode
berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali,
sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya. Untuk itu
pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan
(stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
kemampuan anak.
Pendidikan anak usia
dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ditinjau
dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada dalam rentang
usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang diberikan dalam keluarga maupun di
lembaga pendidikan formal haruslah kental dengan nuansa pendidikan anak usia
dini, yakni dengan mengutamakan konsep belajar melalui bermain.
DAFTAR
PUSTAKA
2. http://peperonity.com/go/sites/mview/petualangan/22287015
Langganan:
Postingan (Atom)